Jumat, 30 Juli 2010

campoes

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulilah. Puji syukur kehadirat Allah swt atas di berinya rahmat dan umur yang panjang kepada makhluk-Mu yang satu ini (ana), sehingga dapat mengungkapkan isi hati ku di jalan dakwah islamiyah, subhanallah….
Shalawat serta salam selalu ditujukan kepada manusia teragung yang pernah menghiasi alam semesta Rassulullah saw.
Pada hakikatnya kehidupan manusia adalah masa untuk merancang dan membangun kesuksesan masa depan di akhirat. Yaitu bisa menghuni surga dan bisa bertemu dengan Allah. Untuk itu seseorang harus selalu meningkatkan kualitas diri sehingga menjadi pribadi muslim yang berkualitas.
Kali ini, cie kali ini…hehe ya pada kesempatan yang berbahagia ini karena UAS sudah selesai haha… saya mau sedikit membahas tentang gerakan dakwah di kalangan anak kampus. Kampus islam khususnya hehe…. Apa tuh dakwah..? menurut buku yang saya baca dakwah itu seruan, mengajak , menyebar luaskan serta mengajarkan ajaran islam untuk mengislamkan orang-orang kafir, agar mereka meninggalkan kekeliruan atau kesesatannya.
Atau dakwah juga bisa di bilang, ajakan atau menyampaikan ajaran islam di lingkungan umat islam yang yang lengah , lalai dan dangkal pengetahuan islamnya, agar nereka kembali sadar atas kekeliruannya. Memepertebal taqwanya kepada Allah swt.
Wah,,, truz apa yang mao dibahas neh…? Gini loh wahai ikhwan dan ukhti yang aktif dakwah terkadang saya bingung knapa ya? Kampus islam ko anak2nya ga sesuai dengan kampusnya ya? Awalnya saya pikir dengan masuk ke kampus islam itu suasananya beda gitu tapi yang di dapet malah parah.. kanapa? Mo tau knapa? Karena di kampus itu isinya anak muda….! Loh haha engga maksud saya yang di kampus itu anak muda zaman sekarang, termasuk saya engga ya?.... jujur aja selama setahun berada di kampus islam ini Cuma 2-3 orang yang saya kenal yang betul2 islami. Yang lainnya anak muda zamser semua… emang sih enak sesekali liat pemandangan2 duniawi gpp, wkwkwk
Sehingga agak susah emang ya yang namanya anak muda zaman sekarang itu udah terdoktrin oleh budaya zahiliyah… terutama masalah pakaian coba deh liat. Penasaran kan? Sama saya juga… sehingga membuat para mujahidin kewalahan dalam menjaga wudhunya, ga sampe lima menit… tuh wudhu tengok kiri + tengok kanan batal deh… hahaha ya jelas aja ikhwan2 pada ganteng tiap lima menit basuh muka. Wkwkwk abis dah tu aer…
Gimana gak batal coba tiap melihat kaum akhwat yang pakaiannya ketat daya imajinasi langsung meluap.. waduh gimana mau berdakwah neh belom apa2 udah kewalahan wkwkwk
Ingatlah wahai para jilbaber kenalilah islam lebih dalam, terutama hal yang paling umum dan dasar bagaimana sih seharusnya seorang muslimah berpakaian yang layak. Pakaian muslim itu engga asal berkerudung atau berjilbab aja, udah bisa dibilang pakaian muslimah.tapi harus ada beberapa criteria yang dipenuhi dalam hal dipandang. Rassulullah saw bersabda:
“Seorang wanita yang membuka auratnya atau bahkan mengenakan pakaian yang ketat tidak akan mencium wanginya syurga selama lebih dara lima ratus tahun”
Bukan hanya merugikan diri sendiri tapi kalian juga merugikan orang lain, terutama kami para ikhwan yang sedang berjuang melawan hawa nafsu. Karena belum mampu menikah.
Makanya saya Cuma mo kasih saran buat para aktivis dakwah yang ukhti neh ya tolong tuh di dakwahin temen2nya, & dan buat ikhwannya dakwahnya ke kaum laki2 aja ya, maklum lah kita kan Cuma manusia biasa apalagi belum menikah… wah bisa berabe urusannya xo dakwah ke kaum akhwat wkwkwk.
Kecuali kalo dah siap nikah… hayu dah dakwah sambil mencari calon istri… hehe
(by bagoes hambali)

Senin, 05 Juli 2010

politik islam vs jahiliyah

Dalam buku Fikih Politik Menurut Imam Hasan Al-Banna, Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris menulis: ”Jadi politik itu terbagi menjadi dua macam: politik syar’i (politik Islam) dan politik non syar’i (politik non Islam). Politik syar’i berarti upaya membawa semua manusia kepada pandangan syar’i dan khilafah (sistem pemerintahan Islam) yang berfungsi untuk menjaga agama (Islam) dan urusan dunia. Adapun politik non syar’i atau politik versi manusia adalah politik yang membawa orang kepada pandangan manusia yang diterjemahkan ke undang-undang ciptaan manusia dan hukum lainnya sebagai pengganti bagi syari’at Islam dan bisa saja bertentangan dengan Islam. Politik seperti ini menolak politik syar’i karena merupakan politik yang tidak memiliki agama. Sedangkan politik yang tidak memiliki agama adalah politik jahiliyah.”

Semenjak tahun 1924 ummat Islam tidak lagi hidup di bawah naungan sistem Islam dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegaranya. Bahkan di berbagai penjuru dunia Islam dideklarasikan berdirinya negara-negara dengan konsep nation-state (negara-kebangsaan). Mulailah kaum muslimin mengekor kepada negara-negara kafir yang mengkotak-kotakkan manusia berdasarkan keanekaragaman suku dan bangsa. Sebelumnya ketika Khilafah Islamiyyah masih tegak ummat Islam hanya memahami manusia berdasarkan pembagian yang Allah gambarkan di dalam Al-Qur’an, yaitu manusia beriman (Al-Mu’minun) dan manusia kafir (Al-Kafirun).

Ketika Khilafah masih tegak ummat Islam tidak mengenal adanya pemisahan antara urusan agama dengan berbagai urusan kehidupan sehari-hari, termasuk kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tidak ada pemisahan antara kehidupan beragama dalam tataran kehidupan individual maupun sosial. Namun semenjak faham negara-aqidah dihapuskan lalu diganti dengan ideologi nasionalisme mulailah kaum muslimin mengalami pergeseran tolok ukur. Aqidah Islam yang sebelumnya dijadikan sebagai perekat utama masyarakat dilokalisir menjadi sebatas keyakinan individual muslim. Sedangkan masyarakat diarahkan untuk menjadikan etnisitas kebangsaan sebagai perekat kehidupan sosial. Seolah agama hanya berlaku dalam tataran pribadi, sedangkan dalam tataran sosial agama harus dikesampingkan. Kemudian muncullah ajaran primordial kebangsaan yang menggantikan agama sebagai identitas dan perekat sosial.

Dalam buku Petunjuk Jalan bab Tumbuhnya Masyarakat Islam dan Ciri Khasnya, Sayyid Qutb menulis: ”Sesungguhnya dakwah Islam yang dibawa Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam merupakan mata rantai terakhir dari rangkaian dakwah dan seruan ke jalan Islam yang telah berjalan lama di bawah pimpinan para Rasul dan utusan-utusan Allah yang mulia. Dakwah ini di sepanjang sejarah wujud manusia mempunyai sasaran dan tujuan yang satu. Yaitu, membimbing manusia untuk mengenal Ilah mereka yang Maha Esa dan Yang Maha Benar, agar mereka menyembah dan mengabdi hanya kepada Ilah Yang Maha Esa dan mengubur segala penuhanan terhadap sesama makhluk.

Seluruh umat manusia kecuali segelintir orang saja, tidak ingkar dengan dasar ketuhanan dan tidak menafikan wujudnya Tuhan; tetapi mereka salah pilih dalam hal mengenal hakikat Tuhan yang benar. Mereka menyekutukan Tuhan yang benar dengan tuhan-tuhan yang lain. Bisa dalam bentuk ibadat dan akidah, atau pun dalam bentuk ketaatan di bidang pemerintahan dan kekuasaan.

Dua bentuk itu adalah SYIRIK yang bisa menyebabkan manusia keluar dari agama Allah. Padahal para Rasul sudah mengenalkan Allah swt. kepada mereka. Tapi, mereka mengingkariNya setelah berlalu beberapa masa dan generasi. Mereka pun kembali ke alam jahiliyah, kemudian kembali mensyirikkan Allah, baik dalam bentuk akidah dan ibadat, atau dalam bentuk ketaatan di bidang pemerintahan, atau pun di dalam dua bentuk itu sekaligus.

Inilah dia tabiat dakwah ke jalan Allah di sepanjang sejarah umat manusia. Ia mempunyai tujuan dan sasaran yang satu yaitu “ISLAM (MENYERAH)” di dalam pengertian penyerahan diri sepenuhnya, penyerahan diri dan kepatuhan para hamba kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam, menarik umat manusia keluar dari mengabdikan diri kepada sesama hamba Allah, kepada suasana menyembah dan mengabdikan diri kepada Allah SWT, membawa mereka keluar dari sikap patuh dan tunduk kepada sesama hamba Allah di dalam urusan peraturan hidup dan pemerintahan, nilai-nilai dan kebudayaan, untuk bersikap patuh dan tunduk kepada kekuasaan pemerintahan dan peraturan Allah saja di dalam semua urusan hidup.”

Untuk inilah Islam datang melalui Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam sebagaimana ia datang melalui para Rasul sebelum beliau. Ia datang untuk membawa umat manusia patuh kepada kekuasaan dan pemerintahan Allah seperti seluruh alam ini berjalan mengikuti landasan peraturan Allah.”

Sebuah masyarakat Islam berbeda samasekali dari masyarakat Jahiliyyah. Masyarakat Islam berdiri di atas fondasi aqidah La Ilaha Illa Allah, keyakinan bahwa hanya Allah sajalah satu-satunya tempat memuja, memuji, memohon pertolongan, menyerahkan kepatuhan dan loyalitas total. Penghambaan kepada Allah bukan tercermin dalam urusan ibadah ritual-formal belaka. Tetapi ia juga tercermin dalam aspek nilai-nilai moral serta hukum-hukum pribadi maupun sosial yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan sebuah masyarakat Jahiliyyah berdiri di atas fondasi bahwa sesama manusia pantas untuk dipuji, dipuja, dimintai pertolongannya, diserahkan kepatuhan dan loyalitas kepadanya. Oleh karenanya di dalam masyarakat seperti ini akan selalu hadir para thaghut, yaitu fihak yang sedikit saja memperoleh kekuasaan lalu berlaku melampaui batas sehingga menuntut ketaatan dari para rakyatnya, pengikutnya, muridnya, bawahannya. Dalam sejarah kemanusiaan Allah abadikan di dalam AlQur’an gambaran sosok thaghut paling ideal yaitu Fir’aun. Fir’aun telah sedemikian rupa berlaku sombong sehingga sampai hati memproklamirkan dirinya di hadapan rakyat Mesir yang ia pimpin dengan kalimat: ”Akulah tuhan kalian yang Maha Mulia.”

Tetapi Fir’aun mendustakan dan mendurhakai. Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa). Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. (Seraya) berkata: “Akulah tuhanmu yang paling tinggi”. (QS AnNaziat ayat 21-24)

Itulah sebabnya mengapa segenap para Nabi dan Rasul utusan Allah menyampaikan suatu seruan universal yang berlaku sepanjang zaman. Yaitu seruan kepada umatnya masing-masing agar menyembah Allah semata dan menjauhkan diri dari para thaghut.

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.” (QS An-Nahl ayat 36)

Politik Islam adalah politik syar’i. Ia merupakan politik yang berlandaskan konsepsi mendasar aqidah Islamiyyah, yaitu La Ilaha Illa Allah, keyakinan bahwa hanya Allah sajalah satu-satunya tempat memuja, memuji, memohon pertolongan, menyerahkan kepatuhan dan loyalitas total. Politik Islam pasti akan menghantarkan masyarakat untuk membentuk diri menjadi masyarakat Islam. Sedangkan politik jahiliyyah merupakan politik yang tidak syar’i. Politik jahiliyyah akan menghasilkan tumbuhnya sebuah masyarakat jahiliyyah lengkap dengan suburnya eksistensi para thaghut di dalamnya. Politik seperti ini akan menyebabkan manusia sadar tidak sadar menghamba kepada sesama manusia.

Mengomentari kondisi realita umat Islam dewasa ini semenjak tidak lagi hidup di bawah naungan sistem Khilafah Islamiyyah yang telah runtuh 85 tahun yang lalu, maka Said Hawwa dalam kitabnya Jundullah menulis: ”Akibatnya, hilanglah Islam dari kehidupan manusia secara hampir sempurna. Hilanglah sistem politiknya, dan hilanglah konsepnya dari umat, untuk digantikan dengan konsep nasionalisme. Konsepnya hilang dari negara, untuk digantikan dengan konsep lain. Juga hilang dari ruang pengadilan, untuk digantikan yang lain. Syariatnya hilang digantikan dengan perundangan lain. Konsepnya hilang dari ruang-ruang permusyawaratan, untuk digantikan konsep demokrasi Timur atau Barat. Konsepnya hilang dari kekuasaan eksekutif untuk digantikan dengan konsep jahiliah secara total. Konsepnya hilang dari partai-partai yang Rabbani untuk digantikan oleh sistem kepartaian jahiliah.”

Saudaraku, marilah dengan penuh kesabaran kita meniti kembali jalan perjuangan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dan para sahabat ketika mereka masih tertindas di kota Mekkah sebelum hijrah ke Madinah. Marilah kita pelajari kembali bagaimana Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dan para sahabat berjuang tanpa sedikitpun berfikir untuk berkompromi dengan sistem jahiliyyah dan para thaghutnya ketika mereka masih lemah sekalipun. Sebab mereka hanya punya satu cita-cita, yaitu mengembalikan hati manusia ke dalam pangkuan aqidah kalimat tauhid dimana manusia diajak untuk hanya menghamba kepada Allah dan tunduk kepada syariatNya. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dan para sahabat tidak pernah sejenakpun bertoleransi dengan aqidah kemusyrikan dan tunduk kepada sistem jahiliyyah yang berlaku, betapapun resikonya mereka terpaksa mengalami berbagai ujian, tekanan, penyiksaan, penindasan bahkan pembunuhan.

Saudaraku, bagaimanapun kita perlu memahami bahwa Politik Islam tidaklah sama dengan Politik Jahiliyyah. Berbeda satu sama lain dalam hal landasan keyakinannya, semangatnya, fikrah-ideologinya, sistem pembentukannya, budayanya, tingkah-laku para pelakunya. Yang jelas, keduanya sangat berbeda secara fundamental dalam hal siapa yang dijadikan pusat kesetiaan, penghambaan dan ketergantungan. Politik Islam sejak hari pertama telah memproklamirkan dirinya sebagai sebuah mega-proyek untuk pembebasan manusia dari penghambaan sesama manusia untuk hanya menghamba kepada Allah semata. Sedangkan Politik Jahiliyyah menjadikan sesama manusia sebagai tempat menyerahkan loyalitas, ketaatan dan ketergantungan sehingga suburlah di dalamnya para thaghut…!!

Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami bahwa yang benar itu adalah benar dan berilah kami kekuatan untuk mengikutinya. Dan tunjukkanlah kepada kami bahwa yang batil itu adalah batil dan berilah kami kekuatan untuk menjauhinya. Amin.-


hepyes.wordpres

Asaalamualaikum 
Terutama sekali kita patutnya berdoa dan berucap syukur atas umur yang masih diberikan. Atas waktu yang masih dilapangkan. Atas udara yang masih bisa dihirup paru-paru lemah. Atas mata yang masih menangkap diannya dunia. Atas tangan yang masih bisa meraba halusnya wajah orang yang kita sayangi. Atas kaki yang masih bisa mengantarkan kita kemanapun di bumi ini. 
Dan tidak ada yang lebih pantas untuk kita ucapkan syukur. Tiada kepada patung yang menjadi penghias dan tak dapat memberi manfaat apapun pada kita. Tidak pada orang yang merasa dirinya manusia suci dan berhak mengampuni manusia yang sederajat dengannya. Tidak pada tuhan yang memiliki fisik seperti manusia ciptaannya disebabkan daya imajinasi manusia yang terbataas pada apa yang pernah diinderanya. Tidak pada orang yang merasa hebat untuk bisa membuat kitab suci bagi kehidupannya sendiri. Tidak pada semua itu. Hanya Allah yang maha Tunggal yang pantas kita mengucapkannya. 
Salawat hangat selalu ditujukan kepada manusia teragung yang pernah menghiasi alam semesta. Nama yang tidak akan ternodai oleh kebusukan para manusia bodoh ruhaninya. 
Sumpah serapah hanya untuk mereka yang penguasa yang membani rakyatnya. Untuk penguasa yang bodoh. Untuk para penguasa beruasaha keras untuk membedakan penampilan fisiknya dengan rakyat jelata yang dipimpinya. Untuk para pejabat yang hidup dengan gaji ketiga belasnya sementara para pemudanya menikmati nasi kucing-nasi murah segenggam tangan seharga 600 rupiah-. 

Wahi para jilbaber sayang… 
Para jilbaber yang perlahan–lahan memodif pakaian yang menurutnya pakaian muslimah. Sebagian demi sebagian. Perlahan namun pasti. Perubahan memang tidak harus selalu radikal dan cepat. Apalagi perubahan menuju kehancuran. Sangat baik dilakukan secara pelan-pelan. Pertama gantilah lengan baju dengan kain yang ketat. Jilbaber kan juga suka memakai kaos. Sayang dong kaos lucunya tidak diperlihatkan kepada orang lain. 
Kayaknya kalau jilbab yang besar itu bikin ribet. Mending pakai jilbab yang kecil dan simpel. Paling tidak merekakan sudah pakai jilbab. Hargai dong. Tapi mereka sepertinya tidak mau kalah saing dengan para model yang senang menonjolkan dan memperlihatkan ukuran dadanya. Gimana ya biar para cowok tahu kalau dia juga sudah memiliki dada yang ukurannya bukan anak sd lagi? Biarin aja mereka menarik keatas sedikit jilabbnya. Biar sebagian yang bisa kita nikmatin, daripada tidak sama sekali? Hehe… 
Eh, tapi rok masih mempersulit langkah mereka. Jadi berikanlah mereka toleransi untuk memakai celana. Paling tidak, mereka sudah memakai jilbab. Sudah bagus itu. Pemakluman yang sangat perlu bagi mereka. 
Cewek yang manis itu katanya yang rambutnya panjang. Tapi merekakan pakai jilbab, mana bisa kita tahu rambutnya panjang apa nggaknya. Jadi berikanlah lagi mereka toleransi untuk memakai jilbab yang sedikit transaparan dan pendek belakangnya. Berikanlah pujian terhadap usaha mereka memodif jilbabnya agar lebih trendi. Modifikasi itu sudah menjadi jiwa anak muda. Kapan lagi bisa berkreasi seperti itu kalau tidak sewaktu muda? Kalau sudah keriput mah mau di modif kayak gimana juga, udah nggak menarik lagi! 
Mengapa harus jilbaber? Padahal biasanya ada pengelompokan lagi antara yang dibilang jilbaber dengan ukhti, anak rohis mesti ngerti nih. Tapi seperti yang juga sudah disunggung diawal tadi, ada sedikit perbedaan mengenai jlbaber secara umum untuk sekarangin dengan yang jlbaber tapi dipanggil ukhti untuk membedakannya. Perbedaan yang ketara emang dari jilbabnya. Jilbab sebagai sekedar penutup kepala dengan jilbab yang berfungsi sebagi jilbab itu sendiri menurut penegrtian jilbab daljam agama yang mewajibabkan pemakaiannya. Tapi berhubung dalam pengamatanqu ditambah dengan kekuranagn pemahamanqu, kelakuan mereka kadang banayk yang tersamakan. Jadi biar gak terjadi pengulanagn, aku pakai kata jangan sadarin jilbaber aja. 

Jangan dikatakan… 
Kalau kelakuan mereka ketika melihat tim Nasyid yang dianggap lebih baik daripada band2 biasa, sama parahnya dengan tingkahnya kayak cewek yang histeris nonton konser band pengobral lirik cinta murahan. Tidak ada bedanya dengan cewek-cewek biasa ketika menonton konser group band kesayangannya. Seakan-akan melihat penyanyi itu seperti melihat manusia sempurna aja. Nggak sadar apa kalau mereka itu manusia biasa. Bahkan mungkin lebih bejad dari yang kita tahu. Jangan cuma melihat orang dengan kekaguman yang buta. Eh kok malah nasehatin seh?! 
Foto2 itu ritual wajib lho. Kan tim nasyid kesayanagn. Muhrim? Kan gak bersentuhan. 

Jangan sadarkan.. 
Dengan melabelkan teman dekat dan entah apalagi embel-embel untuk menciptakan kesan kedekatan, menjadi satu langkah dalam tahapan agar bisa menyentuh kulit mulus mereka para jilbaber. Kalao teman dekat bisa menyentuh tangan. Kalau teman lebih dekat lagi dapat apa lebih donk? Jadi kepengen ne… 

Jangan sadarkan… 
Cewek yang sengaja berwewangian bahkan ketika mereka untuk pergi beribadah tapi dengan maksud agar orang lain mencium wanginya, sudah bisa masuk kategori zina. Jangan dibilangin kalau perempuan itu lebih terjaga dan tinggi pahalanya ketika dia melaksanakan shalat dirumah.Terlebih lagi didalam kamar pribadinya. Bukan dengan sengaja pergi ke masjid dengan penampilan dan wangi yang semerbak. Nggak jarang wangny ngalahin penjual parfum. Jilbaber mesti lebih ngertilah dibandingkan kita yang awam ini. Makanya kita jangan sok tahu ngasi tahu mereka 

Jangan sadarkan… 
Menghabiskan waktu di tempat-tempat seperti mall sama saja dengan menghabiskan waktu di pasar. Mall dan pasar kan sebenarnya sama konsep tapi beda gaya. Dan salah satu tempat bermukimnya setan adalah di pasar. Kok kita malah senang menghabiskan waktu disana? Sialnya kalau kita dekat dengan mereka, kita jadi diikut-ikutan untuk membuang waktu sia-sia disana. Tapi gak apa seh kalau mereka mau traktir kita makan. 

Jangan dikatakan 
Kalau pakaian mereka kenakan lebih ketat daripada cewek tomboi. Cewek tomboi aja meras risih kalau mereka berpakaian ketat-ketat banget. Biarkan aja. Justru menambah kretifitas daya khayal kita. Kalau cewek biasa yang pakai baju ketat, udah biasa. Nggak ada tantangannya lagi. Rasa penasaran kita sudah sedikit berkurang. 
Jlbaber pakaian ketat? Nah ini ada gaya baru. Jadi lebih asyik ne. Seksi a la jilbaber. Wuaau.. kerenkan kedengarannya. Lebih menggoda lagi. Dan tantangan untuk dapetin yang kayak gini lebih terasa asyik. 

Jangan diingatkan… 
Mereka untuk dengan teliti dulu sebelum membeli jilbab dan pakaian muslimah. Sekarang banyak perancang yang dengan pengetahuan dangkal mereka tentang agama tapi berani untuk merancang pakaian yang diberi label Islami. Maka berkembanglah pakaian label Islami yang perkembangan modisnya tidak kalah dengan pakaian-pakaian buka-bukaan aurat dari barat.Jilbab modis bro! 

Jangan disadarkan… 
Jilbab itu dipakai untuk dimana saja selama diluar rumah dan untuk selama hayat di kandung badan. Biar aja mereka melepas jilbabnya yang dipakai karena kampus mewajibkan mereka memakainya. Kita jadi tahu mana yang jlbaber asli sama yang bisa pakai. Hehe…asal punya duit aja seh…makanya nabung… Mana yang bakalan jadi istri munafik mana yang setia. Lebih mudah mengeliminasi dari banyaknya pilihan. 

Jangan dikirimi e-mail 
Agar mereka menghapus foto-foto mereka yang masih belum mengenakan jilbab di friendster. Bisa jadi dokumentasi mata kita. Masak teknologi canggih tidak dimanfaatkan, sayangkan para penemunya. Lumayan kan ngeliat dan tahu bagaimana dia kalau gak pake jilbab. Gak perlu susah-susah menjadi suaminya. Kasian deh suaminya. Hartanya yang paling berharga udah basi bagi kita. Sudah pernah kita nikmatin paling nggak dengan foto.Foto terbuka untuk dijadikan pormosi diri di dunia maya. Kalau di dunia nyatakan bisa ngerusak citra alim mereka. 
Buat yang gak ada foto buka-buka jilbabnya karena sadar gak boleh buka jilbab, juga jangan diingatin kalo kita bisa dengan mudahnya menyimpan foto mereka. Soalnya biasanya mereka yang udah sampai pemahaman ini di dunia nyata juga bakalan malingkan eh, nundukin wajahnya ding kalo bicara dengan kita. Sulitkan buat nyuri-nyuri pandang. Maka, inilah kesempatan untuk kita nikmatin wajah malu-malunya. Save n’ nikmatin sepuasnya di kamar. Haha…



sumber ga tau ana dapet dari facebook.     hahahahah............................

Sabtu, 26 Juni 2010

IKHWAN


Ikhwan GANTENG, Partner Sejati Akhwat?



Alangkah indahnya Islam. Kedudukan manusia dinilai dari ketaqwaannya, bukan dari gendernya. Ini adalah strata terbuka sehingga siapa saja berpeluang untuk memasuki strata taqwa.
Ikhwan dan akhwat adalah dua makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berbeda. Ikhwan, sebagaimana ia, memang diciptakan lebih dominan rasionalitasnya karena ia adalah pemimpin bagi kaum hawa. Akhwat, sebagaimana ia, memang diciptakan lebih dominan sensitivitas perasaannya karena ia akan menjadi ibu dari anak-anaknya.
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. 9: 71)
Di lapangan, ikhwan dan akhwat harus menjaga hijab satu sama lain, namun tentu bukan berarti harus memutuskan hubungan, karena dalam da’wah, ikhwan dan akhwat adalah seperti satu bangunan yang kokoh, yang sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain.
Belakangan ini menjadi sebuah fenomena baru di berbagai LDK kampus tentang sedikit ‘konfrontasi’ ikhwan dengan akhwat. Tepatnya, tentang kurang cepat tanggapnya da’wah para ikhwan yang notabene adalah partner da’wah dari akhwat.
Patut menjadi catatan, mengapa aktivis dakwah akhwat selalu lebih banyak dari ikhwan. Walau belum ada penelitian, tetapi bila melihat data kader, pun data massa dimana jumlah akhwat selalu dua sampai tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan ikhwan, maka dapat diindikasikan bahwa ghirah, militansi dan keagresifan berda’wah akhwat, lebih unggul. Meski memang hidayah itu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun tentu kita tak dapat mengabaikan proses ikhtiar.
Akhwat Militan, Perkasa dan Mandiri? Sejak kapankah adanya istilah Akhwat militan, perkasa dan mandiri ini? Berdasarkan dialog-dialog yang penulis telaah di lapangan, dan di beberapa LDK, ternyata hampir semua akhwat memiliki permasalahan yang sama, yaitu tentang kurang cepat tanggapnya ikhwan dalam menghadapi tribulasi da’wah. Bahkan ada sebuah rohis yang memang secara turun temurun, kader-kader akhwatnya terbiasa mandiri dan militan. Mengapa? Karena sebagian besar ikhwan dianggap kurang bisa diandalkan. Dan ada pula sebuah masjid kampus di Indonesia yang hampir semua agenda da’wahnya digerakkan oleh para akhwat. Entah hilang kemanakah para ikhwan.
Akibat seringnya menghadapi ikhwan semacam ini, yang mungkin karena sangat gemasnya, penulis pernah mendengar doa seorang akhwat, “Ya Allah…, semoga nanti kalau punya suami, jangan yang seperti itu… (tidak cepat tanggap–red),” ujarnya sedih. Nah!
Ikhwan GANTENG
Lantas bagaimanakah seharusnya ikhwan selaku partner da’wah akhwat? Setidaknya ada tujuh point yang patut kita jadikan catatan dan tanamkan dalam kaderisasi pembinaan Aktivis dakwah , yaitu GANTENG (Gesit, Atensi, No reason, Tanggap, Empati, Nahkoda, Gentle). Beberapa kisah tentang ikhwan yang tidak GANTENG, akan dipaparkan pula di bawah ini.
(G) Gesit dalam da’wah
Da’wah selalu berubah dan membutuhkan kegesitan atau gerak cepat dari para aktivisnya. Ada sebuah kisah tentang poin ini. Dua orang akhwat menyampaikan pesan kepada si fulan agar memanggil ikhwan B dari masjid untuk rapat mendesak. Sudah bisa ditebak…, tunggu punya tunggu…, ikhwan B tak kunjung keluar dari masjid. Para akhwat menjadi gemas dan menyampaikan pesan lagi agar si fulan memanggil ikhwan C saja. Mengapa? Karena ikhwan C ini memang dikenal gesit dalam berda’wah. Benar saja, tak sampai 30 detik, ikhwan C segera keluar dari masjid dan menemui para akhwat. Mobilitas yang tinggi.
(A) Atensi pada jundi
Perhatian di sini adalah perhatian ukhuwah secara umum. Contoh kisah bahwa ikhwan kurang dalam atensi adalah ketika ada rombongan ikhwan dan akhwat sedang melakukan perjalanan bersama dengan berjalan kaki. Para ikhwan berjalan di depan dengan tanpa melihat keadaan akhwat sedikitpun, hingga mereka menghilang di tikungan jalan. Para akhwat kelimpungan.., nih ikhwan pada kemana? “Duh.., ikhwan ngga’ liat-liat ke belakang apa ya?” Ternyata para ikhwan berjalan jauh di depan, meninggalkan para akhwat yang sudah kelelahan.
(N) No reason, demi menolong
Kerap kali, para akhwat meminta bantuan ikhwan karena ada hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh akhwat. Tidak banyak beralasan dalam menolong adalah poin ketiga yang harus dimiliki oleh aktivis. Contoh kisah kurangnya sifat menolong adalah saat ada acara buka puasa bersama anak yatim. Panitia sibuk mempersiapkannya. Untuk divisi akhwat, membantu antar departemen dan antar sie adalah hal yang sudah seharusnya dilakukan. Para akhwat ini kemudian meminta tolong seorang ikhwan untuk memasang spanduk. “Afwan ya…, amanah ane di panitia kan cuma mindahin karpet ini…,” jawab sang ikhwan sambil berlalu begitu saja karena menganggap tugas itu bukanlah amanahnya.
(T) Tanggap dengan masalah
Permasalahan da’wah di lapangan semakin kompleks, sehingga membutuhkan aktivis yang tanggap dan bisa membaca situasi. Sebuah kisah, adanya muslimah yang akan murtad akibat kristenisasi di sebuah kampus. Aktivis akhwat yang mengetahui hal ini, menceritakannya pada seorang ikhwan yang ternyata adalah qiyadahnya. Sang ikhwan ini dengan tanggap segera merespon dan menghubungi ikhwan yang lainnya untuk melakukan tindakan pencegahan pemurtadan.
Kisah di atas, tentu contoh ikhwan yang tanggap. Lain halnya dengan kisah ini. Di sebuah perjalanan, para akhwat memiliki hajat untuk mengunjungi sebuah lokasi. Mereka kemudian menyampaikannya kepada ikhwan yang notabene adalah sang qiyadah. Sambil mengangguk-angguk, sang ikhwan menjawab, “Mmmm….” “Lho… terus gimana? Kok cuma “mmmmm”…” tanya para akhwat bingung. Sama sekali tidak ada reaksi dari sang ikhwan. “Aduh… gimana sih….” Para akhwat menjadi senewen.
(E) Empati
Merasakan apa yang dirasakan oleh jundi. Kegelisahan para akhwat ini seringkali tercermin dari wajah, dan lebih jelas lagi adalah dari kata-kata. Maka sebaiknya para ikhwan ini mampu menangkap kegelisahan jundi-jundinya dan segera memberikan solusi.
Contoh kisah tentang kurang empatinya ikhwan adalah dalam sebuah perjalanan luar kota dengan menaiki bis. Saat telah tiba di tempat, ikhwan-akhwat yang berjumlah lima belas orang ini segera turun dari bis. Dan bis itu melaju kembali. Para akhwat sesaat saling berpandangan karena baru menyadari bahwa mereka kekurangan satu personel akhwat, alias, tertinggal di bis! Sontak saja para akhwat ini dengan panik, berlari dan mengejar bis. Tetapi tidak demikian halnya dengan ikhwan, mereka hanya berdiri di tempat dan dengan tenang berkata, “Nanti juga balik lagi akhwatnya.”
(N) Nahkoda yang handal
Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita. Ia adalah nahkoda kapal. Lantas bagaimanakah bila sang nahkoda tak bergerak? Alkisah, tentang baru terbentuknya kepengurusan rohis. Tunggu punya tunggu…, hari berganti hari, minggu berganti minggu, ternyata para ikhwan yang notanebe adalah para ketua departemen, tak kunjung menghubungi akhwat. Akhirnya, karena sudah “gatal” ingin segera gerak cepat beraksi dalam da’wah, para akhwat berinisiatif untuk “menggedor” ikhwan, menghubungi dan menanyakan kapan akan diadakan rapat rutin koordinasi.
(G) Gentle
Bersikap jantan atau gentle, sudah seharusnya dimiliki oleh kaum Adam, apatah lagi aktivis. Tentu sebagai Jundullah (Tentara Allah) keberaniannya adalah di atas rata-rata manusia pada umumnya. Namun tidak tercermin demikian pada kisah ini. Sebuah kisah perjalanan rihlah. Rombongan ikhwan dan akhwat ada dalam satu bis. Ikhwan di depan dan akhwat di belakang. Beberapa akhwat sudah setengah mengantuk dalam perjalanan. Tiba-tiba bis berhenti dan mengeluarkan asap. Para ikhwan segera berhamburan keluar dari bis. Tinggallah para akhwat di dalam bis yang kelimpungan. “Ada apa nih?” tanya para akhwat. Saat para akhwat menyadari adanya asap, barulah mereka ikut berhamburan keluar. “Kok ikhwan ninggalin gitu aja…” ujar seorang akhwat dengan kecewa.
Penutup
Fenomena ketidak-GANTENG-an ikhwan ini, akan dapat berpengaruh pada kinerja da’wah. Ikhwan dan akhwat adalah partner da’wah yang senantiasa harus saling berkoordinasi. Masing-masing ikhwan dan akhwat memang mempunyai kesibukannya sendiri, namun ikhwan dilebihkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu sebagai pemimpin. Sehingga wajar saja bila yang dipimpin terkadang mengandalkan dan mengharapkan sang qawwam ini bisa jauh lebih gesit dalam berda’wah (G), perhatian kepada jundinya (A), tidak banyak alasan dalam menolong (N), tanggap dalam masalah (T), empati pada jundi (E), menjadi nahkoda yang handal (N) dan mampu memberikan perlindungan (G). Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Kaum laki-laki adalah pemimpin (qawwam) bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita)..." (QS. An-Nisa':34).
Kita harapkan, semoga semakin banyak lagi ikhwan-ikhwan GANTENG yang menjadi qiyadah sekaligus partner akhwat. Senantiasa berkoordinasi. Ukhuwah di dunia, dan di akhirat. Amiin. []
PS : Ayo kita budidayakan (memangnya ternak???) ikhwan GANTENG ini. Dan pada pembahasan selanjutnya, dapat dikupas tentang akhwat CANTIK. Nah, untuk ini, biarkan ikhwan yang menulis ^ _ ^


sumber:www.dudung.net